-->

Sejarah dan Legenda Gunung Rinjani

Gunung Rinjani.

Namun dibalik keindahan gunung rinjani konon menyimpan banyak misteri dan sejarah. Istilah nama Rinjani berasal dari istilah Jawa Kuno yang berarti Tuhan. Gunung Rinjani dipercaya sebagai pemegang wilayah cincin api yang terkenal memiliki fungsi yang berhubungan dengan aspek spiritual agama hindu. Tak hanya pada masyarakat setempat namun juga termasuk pemeluk agama hindu di daerah lain. Misalnya saja masyarakat Pulau Bali yang terkenal kental dengan nilai – nilai agama hindu. Mereka datang pulau Lombok, khususnya daerah tempat gunung Rinjani setiap tahun untuk mengadakan upacara yang disebut pekelan.

Pada upacara ini, mereka biasanya meletakkan perhiasan di danau dengan maksud persembahan kepada roh gunung. Mereka percaya bahwa di danau Segara Anak tersebut ada banyak roh halus yang mendiaminya. Danau tersebut terkenal mistis. Menurut kepercayaan mereka, jika seseorang yang datang kesana dan melihat danau tersebut membentang luas, maka umur orang tersebut masih panjang. Dan sebaliknya, jika seseorang yang melihat danau tersebut merasa danau itu sempit maka umurnyapun juga pendek.

Untuk itu, dilakukan ritual bersih diri yang bertujuan untuk memenangkan hati dan membersihkan pikiran sehingga dapat melihat danau yang luas sepuasnya. Bukan hanya masyarakat Bali namun juga ada masyarakat Sasak Wetu Telu juga menganggap danau tersebut sebagai tempat suci dan mereka datang ke sini untuk berdoa pada malam bulan purnama.

Selain pendapat mistis tentang danau Segara Anak, air terjun disana juga dipercaya dapat mengobati penyakit, sehingga tak jarang warga berbondong – bondong mengunjungi tempat tersebut dengan alasan berobat. Menurut warga sekitar di puncak Gunung Rinjani dihuni ratu jin, yang dipercaya sebagai petunggu Gunung Rinjani yang bernama Dewi Anjani. Dari sanalah juga di ambil nama “ Rinjani ”. Selain itu, dari arah tenggara terdapat kaldera lautan debu yang dikenal dengan sebutan Segara Muncar. Pada waktu tertentu, pengunjung diyakini dapat melihatistana Ratu jin dengan kasat mata.

Konon ceritanya pada zaman dahulu hiduplah sepasang raja dan permaisurinya bernama Datu Tuan dan Dewi Mas. Kerajaan yang dipimpinnya sangat damai, aman dan tentram. Namun, raja dan permaisuri terlihat selalu sedih, karena di umur mereka yang semakin senja, masih belum dikaruniai anak. Pada suatu hari Raja meminta ijin kepada sang permaisuri untuk menikah lagi dengan dalil agar dapat memiliki keturunan yang dapat meneruskan tahta kerajaannaya. Sang Permaisuri menyetujui, maka Baginda Datu Tuan segera meminang seorang gadis bernama Sunggar Tutul, puteri dari Patih Aur.

Setelah menikah dengan Sunggar Tutul, raja pun berkurang perhatiannya kepada Dewi Mas. Raja lebih sering bersama isteri yang baru. Raja yang terkenal adil itu, kini telah bertindak tidak adil terhadap permaisurinya. Meskipun demikian Dewi Mas tetap sabar, dan karena mukjizat Tuhan maka Dewi Mas mengandung.

Berita ini mengejutkan Sunggar tutul, ia takut Raja akan berpaling dari dirinya dan kembali kepadaDewi Mas. Sunggar Tutul menghasut berita kehamilan Dewi Mas, dia berkata kepada raja bahwa yang menghamili Dewi Mas adalah Lok Deos. Raja percaya begitu saja kepada hasutan Sunggar Tutul. Ia murka kepada permaisuri Dewi Mas. Meskipun permaisuri mencoba menjelaskannya, raja enggan memdengarkannya dan malah mengusirnya dari istana. Akhirnya Dewi Mas pun pergi jauh.

Dewi Mas memutuskan untuk pergi ke pulau Bali dan membangun pondok kecil untuk menjalani hidupnya yang baru. Setelah berbulan bulan, waktu kelahirannya pun tiba. Dewi Mas melahirkan dua anak kembar yang masing-masing disertai dengan keajaiban. Seorang bayi laki-laki lahir beserta sebilah keris, dan seorang lagi bayi perempuan lahir beserta anak panah. Bayi laki-laki ini diberi nama Raden Nuna Putra Janjak dan bayi perempuan diberi nama Dewi Rinjani.

Keduanya pun tumbuh sehat dan sakti. Namun Dewi Mas selalu cemas karena keduanya selalu menanyakan ayah mereka. Karena desakan dari kedua anaknya, Dewi Mas pun menceritakan kejadian yang telah dialaminya. Dewi Mas bercerita bahwa suaminya adalah Raja Datu Tuan dari Lombok. Dirinya menceritakan kepada kedua anaknya bahwa telah di usir oleh suaminya karena hasutan dan fitnah oleh madunya Sunggar Tutul yang takut sang raja akan berpaling darinya. Mendengar cerita dari ibundanya, Raden Nuna Putra Janjak dan Dewi Rinjani sangat sedih dan merasa bersalah karena sudah mendesak inunya menceritakan hal yang sebenarnya. Namun putra Dewi Mas, Raden Nuna Putra Janjak yang pemberani itu berjanji kepada ibundanya untuk membawa kembali dirinya ke istana.

Dengan memohon ijin dari ibunda tercinta, Raden Nuna Putra Janjak pergi ke kerajaan Lombok untuk menemui sang ayah. Setelah sampai di depan istana, Raden Nuna Putra Janjak di hadang oleh kawanan prajurit kerajaan. Mereka menentang Raden Nuna Putra Janjak untuk masuk menemui sang raja. Namun Raden Nuna Putra Janjak memaksa dan perlawananpun terjadi. Raden Nuna Putra Janjak bertarung dengan kawanan prajurit istana dan berhasil menang.

Mendengar kekalahan para prajuritnya, raja Datu Tuan pun geram. Akhirnya dia keluar dari istana dan menghadapi pemuna yang terbilang sakti dan pemberani. Raden Nuna Putra Janjak bermaksud menyampaikan tujuannya kepada sang raja dengan maksud kedatangannya. Namun raja yang sudah kalap itu tak menggubrisnya, ia langsung menyerang Raden Nuna Putra Janjak. Pertarungan sengit antara ayah dan anak pun dimulai. Mereka sama – sama sakti dan pemberani. Sehingga tidak mudah untuk mengalahkan satu sama lain. Disaat pertengahan pertarungan mereka, ada suatu bisikan yang terdengar jelas di telinga sang raja, yang mengatakan bahwa yang bertarung dengannya adalah anak kandungnya. Seketika pertarungan itu pun terhenti, raja langsung memeluk Raden Nuna Putra Janjak dan meminta maaf.

Raja menjemput Dewi Mas beserta kedua anaknya untuk kembali ke istana. Semua penduduk sekitar merasa bahagia, karena permaisuri yang mereka cintai telah kembali. Raja meminta maaf kepada Dewi Mas dan tidak akan mengulanginya lagi. Sekarang giliran Sunggar Tutul yang di usir dari istana karena sudah berbuat jahat kepada Dewi Mas. Namun sungguh baik hati Dewi Mas. Ia mencegah raja untu mengusir Sunggar Tutul dan malah memaafkannya. Mereka pun hidup damai dan sejahtera.

Raja menyerahkan tahtanya pada Raden Nuna Putra Janjak yang pemberani. Dibawah perintahnya, kerajaan semakin jaya. Setelah menyerahkan tahta kepada putranya, raja Datu Tuan lebih memilih menyepi di gunung dengan ditemani oleh putrinya Dewi Rinjani. Dipuncak gunung itulah raja dan putrinya melakukan semedi. Dewi Rinjani diangkat oleh para mahluk halus untuk dijadikan ratu di gunung tersebut. Sejak itulah, gunung tertinggi kedua di Indonesia yang berada di Lombok dinamakan Gunung Rinjani.

Sumber: twisata.com
Share on Google Plus

Karawang Sport Portal Berita Olahraga